Megapolitan.id – Bupati Lebak, Hasbi Asydiki Jayabaya meminta maaf kepada Arta Grace Monica, wali murid yang diminta mengganti meja dan kursi yang rusak oleh pihak SD Negeri 2 Pasir Tangkil, Kabupaten Lebak, Banten.
Hasbi meminta maaf usai aksi Grace membawa meja dan kursi ke sekolah sang anak dengan berjalan kaki sejauh kurang lebih 200 meter, viral di media sosial.
Ia juga telah membaca pesan dalam grup WhatsApp yang menjadi awal polemik masalah ini. Hasbi menyebut ada kekeliruan dalam penyampaian pihak sekolah terkait hal ini.
“Untuk operasional sekolah, termasuk bangku, itu dari dana BOS, jadi tidak boleh kepala sekolah meminta penggantian,” ujar Hasbi kepada wartawan, Rabu (30/4/2025).
Selain meminta maaf, Bupati juga mengganti uang Arta sebesar Rp 400 ribu yang digunakan untuk membeli meja dan kursi tersebut.
“Saya juga sudah ganti (uang) tadi. Pesan saya jangan sampai AFY (anak Arta) kehilangan semangat sekolah,” imbuh Hasbi.
Ia mengaku telah menegur Dinas Pendidikan Kabupaten Lebak dan Kepala SD Negeri 2 Pasir Tangkil atas kejadian ini dan berjanji akan melakukan evaluasi ke depannya.
“Sudah saya tegur Dinas Pendidikan dan pihak sekolah bakal kita evaluasi,” tandas Hasbi.
Sementara Kepala Bidang Sekolah Dasar Dinas Pendidikan Lebak, Hadi Mulya menyampaikan tidak ada aturan yang mewajibkan wali murid mengganti fasilitas sekolah yang rusak.
“Pada prinsipnya aturan tersebut tidak ada karena semua fasilitas sekolah didanai oleh BOS,” pungkas Hadi.
Disuruh Mengganti Meja dan Kursi yang Rusak
Sebelumnya, Arta Grace Monica, mengaku disuruh oleh pihak sekolah untuk mengganti kursi dan meja lantaran sang anak dituduh merusak fasilitas sekolah tersebut.
Dengan berjalan kaki, Arta rela membawa sendiri meja dan kursi tersebut ke sekolah yang berjarak kurang lebih 200 meter dari kediamannya, agar sang anak dapat belajar.
Ibu rumah tangga itu berujar jika dirinya disuruh mengganti meubelair sekolah yang diduduki sang anak dikarenakan rusak. Hal tersebut disampaikan langsung oleh kepala sekolah di grup WhatsApp.
Menurut Arta, meja dan kursi tersebut sejatinya memang sudah rusak sejak kelas terdahulu dan bukan karena anaknya. Namun kepala sekolah dikatakan terus menyinggung di grup, sehingga Arta terpaksa mengganti.
“Saya jawab (di grup), ya udah kalau ibu mau saya mengganti, saya ganti. Terus keesokan harinya dia (kepsek) jawab, alhamdulilah jika mau mengganti,” ujar Arta, Senin, 28 April 2025.
Arta pun harus menggelontorkan uang sekitar Rp 400 ribu untuk membeli satu set meja dan kursi. Ia mengaku miris karena sebagai sekolah negeri yang didanai pemerintah, sudah sepatutnya tidak menuntut ganti atas fasilitas yang rusak kepada wali murid.
“Saya sedih, kenapa baru kali ini fasilitas sekolah disuruh mengganti sama orangtua. Apakah sudah aturannya? Saya sedih dengan dunia pendidikan, kok begini,” keluh Arta.
Tinggalkan Balasan