Megapolitan.id – Badai Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) pada media massa masih terus berlanjut. Anggota Komisi I DPR RI dari Fraksi PKB, Syamsu Rizal mengaku prihatin dan menyayangkan kondisi ini.
“Sangat disayangkan, mengingat media itu salah satu pilar demokrasi,” kata pria yang akrab disapa Deng Ical itu, Selasa (6/5/2025).
Ia menyebut kuota iklan untuk media massa yang menjadi salah satu pemasukan, ikut terpangkas sebagai imbas penerapan efisiensi anggaran yang dilakukan oleh Pemerintahan Prabowo.
Bahkan, anggaran yang telah terpangkas itu pun akhirnya baru dibuka tanda bintang pada APBN 2025 oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani pada awal Mei ini.
“Langkah ini sudah cukup terlambat karena membuat media harus mengambil langkah berani dengan melakukan efisiensi yang berujung PHK,” ujar Deng Ical.
Ia pribadi mengaku tak mempersoalkan langkah efisiensi karena memang berkaitan dengan program yang akan dijalankan. Namun menurutnya pemerintah juga harus bisa melihat lebih jauh efek yang bakal terjadi dengan adanya kebijakan ini.
Termasuk, kata Deng Ical, efek yang bakal dirasakan oleh media-media. Pasalnya, media ini merupakan mitra pemerintah untuk menyampaikan pesan-pesan dan program Pemerintah kepada masyarakat.
“Olehnya, harusnya ada solusi yang ditawarkan oleh pemerintah sebelum dilakukan efisiensi anggaran,” kata mantan Wakil Wali Kota Makassar ini.
Pasalnya, efek negatif yang bisa dihadirkan dengan efisiensi anggaran ini bakal banyak bertebaran informasi yang tidak jelas dan kredibel yang berseliweran di media sosial serta bisa saja hoaks.
“Masyarakat nantinya tidak bisa peroleh informasi dari media kredibel dan bisa dipertanggungjawabkan karena harus memgurangi awak redaksinya,” papar Deng Ical.
Belum lagi menjamurnya media yang tidak mengindahkan kode etik jurnalistik dan melakukan hal-hal yang di luar kaidah pers, seperti pemaksaan yang menjurus pemerasan.
Media seperti ini, ujar Deng Ical, kerap tidak jelas awak redaksinya dan tidak terdaftar di Dewan Pers. Media ini dinilai bisa merusak citra Pers Indonesia di mata dunia.
Deng Ical pun mengajak seluruh pihak, baik pemerintah, Dewan Pers, lembaga pers, asosiasi dan perwakilan masyarakat sipil untuk duduk bersama mencari solusi terbaik bagi keberlangsungan hidup media agar tetap bisa bertahan.
Alumni Universitas Hasanuddin itu mengatakan, momentum saat ini bisa dijadikan media sebagai turning point positif. Ia pun berharap media bisa kreatif menggunakan semua potensi.
Supporting sistem di luar core bisnis media harus terbangun, yang perlu diikuti kompetensi jurnalis yang multitask. Tuntutan zaman now yang multimedia dan multi platform juga mesti diikuti dengan performa yang serba bisa atau multi talenta.
“Di sinilah dituntut adaptasi komunitas media untuk survive dan eksis,” tandas Deng Ical.
Tinggalkan Balasan